Surabaya (wartalogistik.com) - Market share PT Pelindo Multi Terminal Branch Jamrud Nilam Mirah di Pelabuhan Tanjung Perak akan terus dikembangkan, sejalan menghadapi persaingan dan meningkatkan kinerja usaha serta mepertahankan zero accident.
Menurut Branch Manager Jamrud Nilam Mirah , Muhamad Junaedhy, untuk Nilam dan Mirah, saat ini market share yang berhasil diraih mencapai 59 persen, namun pada terminal Jambrut masih sekitar 5 persen.
" Kami akan terus meningkatkan kinerja dan saat ini upaya itu sedang berlangsung, melalui transformasi bisnis, terutama peningkatan pada pilar peralatan," ungkap Muhammad Junaedhy, di pusat monitoring terminal Jamrud, ketika menerima rombongan wartawan yang tergabung dalam Forum Wartawan Perhubungan ( Forwahub), Selasa sore (25/6).
Apa yang disampaikan Muhammad Junaedhy beralasan, mengingat potensi muatan yang masuk di Pelabuhan Tanjung Perak akan terus meningkat, karena daerah Jawa Timur sebagai kawasan industri yang membutuhkan bahan baku, juga sebagai kawasan yang bisa mendistribusikan komoditas ke berbagai daerah di Kawasan Indonesia Timur.
" Untuk market share di Nilam dan Mirah bisa sebesar 59 persen, karena ketersediaan peralatan bongkar muat, dibandingkan pihak perusahaan bongkar muat yang lainnya," kata Junaedhy.
Sedangkan untuk yang di Jambrud, selain masih kurang peralatan bongkar muat, pihak pemilik barang maupun pelayaran bisa bermitra dengan perusahaan bongkar muat non SPMT maupun perusahaan trucking, sehingga pasar lebih besar diperoleh pihak lainnya.
Atas keadaan itu, sambung Junaedhi, maka upaya yang dilakukan oleh pihaknya adalah berupaya memenuhi peralatan bongkar muat dan pengakutan barang, sehingga bisa bersaing.
Meski demikian upaya meningkatkan sarana bongkar muat itu, dengan memperhatikan keadaan lingkungan kerja. Maksudnya pihaknya juga memperhatikan perusahaan bongkar muat di dermaga Jamrud non SPMT, yang selama ini bermitra dengan pemilik barang maupun perusahaan pelayaran.
" Upaya kami agar peralatan tersedia, namun tidak membuat pihak perusahaan bongkar muat yang ada disini kehilangan marketnya juga," kata Junaidi.
Terminal Jamrud Nilam Mirah merupakan terminal multi purpose. Pada terminal Nilam melayani muatan curah cair, terminal Mirah cenderung barang klontongan dan terminal Jamrud merupakan terminal kargo umum dan curah kering.
Terminal Jamrud terdiri dari tiga dermaga yaitu Jamrud Utara dan Barat untuk general cargo dan curah kering internasional, serta Jamrud Selatan untuk pelayanan general cargo domestik.
Di terminal Jamrud muatan kargo umum dan curah kering melayani bongkar muat seperti komoditi beras, gula, jagung, biji besi, dan lain sebagainya.
Upaya meningkatkan komoditas yang dilayani bisa terjadi, karena sampai saat ini layanan kapal dan muatan yang masuk masih sekitar 50 persen dari kapasitas dermaga lahan penumpukan yang tersedia.
" Disini kegiatan bongkar muat lebih didominasi truck closing, sehingga minim penumpukan," jelas Muhamad Junaedhy.
Sebelumnya juga Junaedhy menjelaskan pada wartawan yang datang, terminal Jamrud Nilam Mirah merupakan terminal terbesar multi purpose di kawasan pelabuhan di Jawa Timur.
" Dan sejak marger Pelindo, Barnch Jamrud Nilam Mirah melakukan transformasi dalam upaya meningkatkan kinerja usaha dan produktifitas," katanya.
Apa yang disampaikan Junaedhy terlihat dari kinerja di terminal itu, terutama dikaitkan dengan trasnformasi dan standarisasi yang dilakukan manajemen berdasarkan pada enam pilar transformasi kepelabuhanan yaitu proses bisnis, teknologi, peralatan, infrastruktur, dan HSSE, SDM.
Pada proses transformasi di pilar proses bisnis menerapkan operasional berbasis planning and control.
"Sedangkan pilar teknologi mengimplementasikan Pelindo Terminal Operating System-Multipurpose (PTOS-M)," kata Junaedhy.
Selanjutnya disampaikan, transformasi di pilar peralatan sendiri menitik beratkan pada peningkatan utilisasi dan ketersediaan alat bongkar muat. Untuk transformasi di pilar SDM menekankan pada Training Planning & Control, Sertifikasi Operator.
Untuk transformasi di pilar Infrastruktur penekanannya pada pembangunan Integrated Planing & Control Room.
Dan transformasi di pilar HSSE menitik beratkan pada pemasangan marka jalur, sertifikasi safety, serta peningkatan awareness k3 di lingkungan kerja.
" Dan disini sejak beberapa tahun terakhir ini zero accident," kata Junaedhy.
Dari data yang disampaikan SPMT belum lama ini capaian Branch Jamrud Nilam Mirah Surabaya hingga April 2024, tumbuh 19% dari sebelumnya 3.034 Ton/Ship/Day (T/S/D) menjadi 3.610 T/S/D secara year on year (yoy).
Selain itu, trafik bongkar muat general & bag cargo SPMT secara konsolidasi hingga April 2024 terjadi peningkatan dari sebelumnya 8.959.560 ton/m3, naik 2,5% menjadi 9.185.395 ton/m3 secara year on year (yoy).
Sama halnya dengan trafik bongkar muat curah kering hingga April 2024 mencapai 18.448.528 ton, tumbuh 1% dibandingkan dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar 18.251.167 ton.
Realisasi trafik bongkar muat kendaraan hingga April 2024 juga mengalami pertumbuhan sebesar 1,86%, dari 567.961 unit menjadi 578.544.
Tak hanya itu, efisiensi operasional pasca transformasi juga ditandai dengan penurunan berthing time atau waktu sandar, sebagai contoh di branch Jamrud Nilam Mirah Surabaya yang mencapai 14,8%. Di mana pada Triwulan I 2023 angka berthing time adalah 57,39 jam per kapal, yang turun pada Triwulan I 2024 menjadi 48,88 jam per kapal.
Efisiensi operasi ini juga dapat dilihat melalui penurunan idle time dari 6,4 jam per kapal menjadi 3,8 jam per kapal, atau turun drastis sebesar 40%.
(Abu Bakar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar