Bengkulu (wartalogistik.com) - Kegiatan keluar masuk kapal, di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu berangsur-angsur normal, sejak terbukanya alur pelayaran tanggal 6 Juli 2025 jam 20.00 WIB, ditandai dengan sudah mulai adanya kegiatan keluar masuk kapal ke pelabuhan dengan kegiatan bongkar muatnya.
Tercatat sejak alur terbuka sampai dengan hari Sabtu (12/7), jam 09.00 WIB, tercatat ada 31 kapal yang sudah keluar masuk.
Sebanyak 17 kapal yang selama ini berada di pelabuhan, karena tidak bisa keluar atau melintasi alur pelayaran yang dangkal, sebagian besar sudah bisa keluar pelabuhan.
" Masih ada beberapa kapal karena terkendala draft kedalaman kapal dan satu kapal terkendala jumlah awak kapal, sehingga masih belum keluar pelabuhan," kata General Manajer Pelabuhan Bengkulu, S. Joko, ketika dikonfirmasi jumlah kapal yang masih tertahan di dalam pelabuhan pada Sabtu malam (12/7).
Namun demikian, tambah S. Joko beberapa kapal yang belum bisa keluar pelabuhan itu bisa jadi besok (Minggu 13/7) atau secepatnya akan keluar pelabuhan juga pada saat air pasang tinggi.
Keadaan normal kembali tentu saja menjadi harapan semua pihak, mengingat sejak alur pelayaran dangkal dan tidak bisa melayani kapal keluar masuk pelabuhan, praktis membuat distribusi barang ke Bengkulu melalui jalur laut terhambat. Bahkan masyarakat Pulau Enggano yang mengandalkan kegiatannya ke Bengkulu, melalui Pelabuhan Pulau Baai mengalami keterisolasian juga.
KMP Pulo Tello, kapal penyeberangan yang biasa masuk dari Pulau Enggano ke Pelabuhan Pulau Baai, selama alur pelayaran tertutup, hanya sampai perairan luar alur pelayaran. Penumpang dan muatannya turun dengan bantuan kapal-kapal kecil, baik dari kapal tunda Pelindo, kapal Patroli KSOP Pulau Baai, SAR, TNI AL.
Saat ini kegiatan pengerukan masih berlangsung oleh PT Rukindo, yang merupakan perusahaan dalam Pelindo Holding.
Dalam kegiatan pembahasan persiapan pengerukan di Kantor Cabang Pelabuhan Bengkulu, awal Juni lalu, Manajer Operasi, Armada dan Usaha PT. Rukindo, Capt. Beni yang hadir dalam pertemuan itu menyampaikan, kegiatan pengerukan terbagi dua tahap. Tahap pertama untuk kedalaman 4 meter di bawah permukaan laut, tahap berikut 6 m LWS sampai pada akhirnya 12 m LWS.
" Melihat kondisi pendangkalan alur yang sampai menutup permukaan laut, maka kegiatan pengerukan dilakukan dua tahap. Pada tahap pertama memprioritaskan agar alur pelayaran terbuka, sehingga kapal-kapal bisa keluar masuk pelabuhan," katanya saat itu.
Kegiatan pengerukan dilakukan dengan kapal jenis cutter, disesuaikan dengan jenis material pasir dan tingkat kepadatan yang tinggi. Alur pelayaran Pulau Baai mulai dikeruk sejak tanggal 7 Juni oleh kapal CSD Costa Fortuna 3 dan AB Costa Fortuna 5.
Proses pengerukan yang dilakukan CSD Costa Fortuna 3 bergerak dari luar alur, mengeruk endapan pasir yang membuat pendangkalan. Pasir yang dikeruk akan keluar dari bagian buritan kapal, selanjutnya masuk pada instalasi pipa yang disiapkan sejak awal, menggelontor sepanjang pipa ke kawasan pembuangan.
Sementara itu kapal AB Costa Fortuna 5 menjadi tandem, untuk mendukung kegiatan kapal keruk utama dan menjaga agar pipa yang menyalurkan material keruk tetap berfungsi.
Mengeruk di alur pelayaran Pulau Baai mempunyai tantangan yang tinggi yakni ombak dan alun yang besar disetiap sore hari, sedimentasi yang sangat tinggi diarea alur dan pemindahan material sedimentasi dengan menggunakan pipa dg panjang kurang lebih 1 km menuju titik dumping abrasi area.
Saat itu juga Kepala Distrik Navigasi Teluk Bayur, Rita Simanjuntak, yang hadir didampingi Kepala Seksi Alur Pelayaran dan Telekomunikasi, Galih Ernowo, dalam pertemuan pra pengerukan itu menyampaikan, kawasan alur Pulau Baai yang akan dilakukan pengerukan sudah melalui survey yang ketat dan teliti, mengingat tantangan dari alam di kawasan Bengkulu sangat tinggi.
" Sebagai persyaratan sebelum mengeruk alur pelayaran, didahului proses survey kedalaman dan keadaan material. Tujuannya agar kegiatan pengerukan alur berjalan dengan baik, mengingat akibat dari pendangkalan, maka alur yang biasa digunakan sudah tertutup, sehingga dari hasil survey bisa diketahui teknis untuk mengerjakan melangsungkan kegiatan pengerukan dalam membuka alur," jelas Rita Simanjuntak yang didampingi Galih Ernowo.
Jadi tambah Rita Simanjuntak, dari hasil survey itu menjadi dasar kegiatan pengerukan yang akan dilakukan, sehingga proses pengerukan dilakukan sesuai keadaan di lokasi.
(Abu Bakar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar