Jakarta (wartalogistik.com) – Pemerintah akan terus melangsungkan
pemberdayaan industri pelayaran. Namun hambatan pada usaha pelayaran
tetap ada, maka ke depannya perlu startegi lain agar industri angkutan laut
terus mampu terlepas dari hambatan itu.
Adanya dukungan memberdayakan industri pelayaran nasional terlihat dari
pernyataan sejumlah pejabat pemerintah
yang hadir dalam Rapat Kerja Nasional DPP Indonesian National Shipowners’
Association (INSA), dengan tema Peran INSA
dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Nasional di Thamrin Nine Ballroom,
Gedung UOB, Jakarta, Kamis (2/8/).
Sekretaris
Jenderal Kementerian Perhubungan (Sesjen Kemenhub) Djoko Sasono, yang mewakili
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, mengatakan
penerapan asas cabotage (mutan di dalam negeri diangkut kapal-kapal
pelayaran dalam negeri dengan menggunakan bendera nasional) perlu dijaga dan diperkuat di Indonesia.
“Untuk
itu setiap kebijakan pemerintah, baik yang dikeluarkan di tingkat pusat maupun
daerah yang berkaitan dengan transportasi laut harus mengedepankan kebijakan
asas cabotage,” katanya.
Joko
mengakui bahwa asas cabotage itu suatu nilai universal, untuk menunjukkan suatu
negara yang berdaulat di wilayah yurisdiksi-nya. Jadi pemerintah mengatur
segala sesuatu dalam wilayah yurisdiksi negara.
\
Dikatakan
juga, memang ada perlakuan tertentu yang pemerintah berikan (mengenai penerapan
asas cabotage) pada pelayaran dalam negeri, tapi pemerintah juga masih
memberikan ijin kepada perusahaan asing untuk masuk, karena masih belum masuknya
pelayaran nasional dalam penggunaan kapal berbendera nasional ke bidang
tertentu, misalnya di bidang offshore.
"Pemerintah
berharap tren pertumbuhan kapal niaga nasional dapat terus berlanjut diiringi
dengan peningkatan daya saing industri pelayaran nasional di kancah dunia,"
ungkap Sesjen Djoko Sasono.
Dijelaskan
juga sejak diterapkannya asas cabotage, industri pelayaran nasional mengalami
pertumbuhan cukup signifikan. Seperti pertumbuhan jumlah armada niaga nasional
yang berkembang pesat.
Armada
kapal nasional melonjak dari 6.041 unit pada 2005 menjadi 24.046 unit pada 2016
yang terdiri dari armada angkutan laut pelayaran dan angkutan laut khusus.
Total kapasitas angkut punt meningkat, dari 5,57 juta GT pada 2005 menjadi 38,5
juta GT pada 2016," jelas Djoko.
“Program
asas cabotage yang telah sukses diusung DPP INSA, harus dilanjutkan ke beyond cabotage (kewajiban penggunaan kapal nasional
untuk angkutan luar negeri). Sejumlah komoditi ekspor yang selama ini
dikuasai pelayaran asing harus diangkut kapal merah putih,” ungkap Joko.
Untuk
itu, Joko Sasono berharap implementasi program beyond cabotage harus
dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah dengan pelaku usaha di industri
pelayaran.
“Sambil
menuju ke beyond cabotage, program asas cabotage
yang sudah berhasil dijalankan harus terus dikedepankan,” tegasnya.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Agus H. Purnomo yang hadir ketika sesi diskusi di Rakernas INSA itu berlangsung meminta INSA
terus berperan sebagai mitra strategis pemerintah dalam rangka memajukan sektor
pelayaran nasional.
Dirjen juga berharap INSA membantu terciptanya cost logistik murah sebagaimana keinginan
Presiden Joko Widodo yang sedang
mengembangkan industri di daerah melalui
ketersediaan angkutan laut melalui penerapan tol laut.
“Semoga
INSA tetap menjadi organisasi yang kuat, solid dan dibutuhkan oleh semua sektor
dalam rangka menumbuhkan kembangkan perekonomian di negeri ini. Pemerintah
(Kemenhub) juga berterima kasih karena anggota INSA telah terlibat dalam progrm
tol laut, sehingga distribusi barang ke pelosok negeri menjadi lancar,” kata
Dirjen Hubla.
Sementara itu Direktur KPLP (Kesatuan Penjaga
Laut dan Pantai), Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla), Junaidi,
menyatakan, sejumlah masukan yang
disampaikan INSA pada pemerintah ( Hubla, Kemenhub) mendapat perhatian dan
ditindaklanjuti, bahkan ada yang sudah dituangkan dalam kebijakan pemerintah.
“Masukan lainnya masih dibahas, karena
menyangkut dengan instansi pemerintah lainnya. Dan tentunya Ditjen Hubla dan
Kementerian Perhubungan terus mengkordinasikannya sehingga sampai saat ini
masih dalam pembahasan,” ungkapnya ketika menjadi pembicara pada sesi diskusi.
Ia pun berterima kasih karena INSA mendukung
berbagai kegiatan dari Kementerian Perhubungan, baik nasional maupun
internasional. Dukungan INSA oleh Junaidi juga diperlihatkan foto-foto kegiatan pemerintah yang bertaraf nasional dan
internasional yang didukung DPP INSA.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Ditjen
Hubla, Dwi Budi Sutrisno juga menyatakan
dukungan INSA sangat dibutuhkan agar para pelaut yang mengoperasikan kapal
memperhatikan faktor keselamatan. Hal
itu terkait saat ini Ditjen Hubla semakin meningkatkan pengawasan pada pemenuhan
aspek kelaiklautan kapal untuk meningkatkan keselamatan pelayaran.
“Peranan INSA sangat dibutuhkan dalam mengarahkan agar pengusaha angkutan
laut bersama pelautnya yang mengoperasikan kapal menciptakan angkutan laut yang aman,” katanya.
Atas semua pernyataan dukungan dari pemerintah
itu, Ketua Umum Carmelita Hartoto menyatakan Rakernas ini akan mengidentifikasi
persoalan-persoalan yang masih ada dalam transportasi laut, baik
persoalan kebijakan, investasi, organisasi, infrastruktur penunjang maupun
operasional bottle neck bagi peningkatan daya saing usaha transportasi laut.
“Nantinya dari identifikasi masalah akan ada rumusan yang menjadi rekomendasi di bidang
transportasi laut secara komprehensif untuk disampaikan pada pemerintah, dan juga
untuk perusahaan pelayaran dalam rangka
meningkat kinerja perusahaan, ” ungkapnya.
Sementara itu Komisaris PT Spectra Tirta Segara Line, Yahya
Zubir, menyatakan dari hasil Rakernas DPP INSA, selain membuat rumusan untuk
mengatasi masalah yang masih terjadi pada industri pelayaran nasional, juga perlu “mengawal” mengenai rumusan yang disampaikan itu, atau mengingat
pemerintah mengenai progres dari rumusan yang menjadi rekomendasi ke
pemerintah.
“Bahkan jika perlu
membuat suatu tim yang bertugas memantau perkembangan perjalanan pembahasan rekomendasi itu di pemerintah,” kata Yahya Zubir. (Abu
Bakar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar