Semarang (wartalogistik.com) – Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian
Perhubungan akan melakukan perbaikan atas sejumlah kendala yang dihadapi
operator angkutan laut perintis. Hal itu terjadi karena banyak masalah baik
dalam mengoperasikan layanan angkutan laut perintis maupun perawatan kapal.
“Tahun depan kegiatan
perawatan kapal dilakukan oleh pihak operator, namun selama kegiatan kapal
sedang docking kegiatan layanan angkutan
laut perintis tidak berhenti,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Laut, seusai
membuka Rapat Kordinasi Angkutan Laut Perintis Tahun Anggaran 2018/2019, di
Semarang, Kamis (25/10).
Kebijakan tersebut
ditetapkan, karena adanya sejumlah kapal yang mengalami kendala operasi terkait
dengan terkendalanya kegiatan waktu docking kapal. Selama ini (sejak mengelola
kapal negara perintis), kegiatan perawatan kapal dilakukan pihak Ditjen Hubla. Hal
itu dapat membuat perawatan kapal bisa
tidak sesuai dengan jadwal dan kebutuhannya.
“Diharapkan kegiatan
perawatan setelah dilakukan oleh operator kapal, operasioanal kapal perintis
semakin maksimal,” tegasnya.
Dirjen Hubla juga
meminta agar ke depan penyelenggaraan pelayaran perintis harus bisa berjalan
lebih efisien dan inovatif, dengan harapan jika pelayaran perintis bisa lebih
efisiensi tentunya akan meningkatkan produktivitas dan mendorong pembiayaan
penyelenggaraan angkutan laut perintis yang efisien, inovatif, dan
berkelanjutan.
Selain soal docking
pada pesan yang disampaikan kepada peserta rakornis itu, Dirjen Hubla juga manyatakan
kegiatan rakornis hendaknya membahas
mengenai tingkat isian muatan pada kapal-kapal perintis. Selama ini dari data
yang ada, muatan kapal laut perintis bervariasi, namun ada yang sangat rendah dengan isian kapalnya mencapai di bawah 10 %. Atas keadaan itu, pada rute-rute yang
tingkat isian rendah perlu dipertimbangkan untuk dialihkan.
“Karena di daerah
lainnya masih banyak yang membutuhkan layanan angkutan laut,” kata Dirjen
Hubla.
Bagian lainnya yang
juga perlu diperhatikan menyangkut layanan perintis yang sudah berlangsung
lama. Hal itu juga perlu dikaji, jika layanan angkutan perintis itu sudah
berlangsung lama dan banyak kapal komersial yang sudah beroperasi ke daerah
tersebut, maka bisa dipertimbangkan layanannya dialihkan ke daerah lain yang membutuhkan.
“Daerah yang sudah ada
kapal komersial dan tingkat isian muatannya semakin besar mencapai 60 persen
berarti daerah itu sudah berkembang, sehingga angkutan perintis bisa
dipindahkan ke daerah lain yang membutuhkan,” katanya.
Dirjen juga
menyatakan, saat ini masih tinggi permintaan dari pihak pemerintah di daerah
pada layanan angkutan perintis, sedangkan biaya dari pemerintah terbatas, maka
ke depannya akan diupayakan pembangunan kapal
dilakukan dengan pola kerja sama.
“Ada tiga model yang
digunakan yakni dengan model Kerja Sama Pemanfaatan (KSP), Kerjasama antara
pemerintah dan badan usaha (KPBU), dan model sistem sewa aset. Dengan tiga model
itu, nantinya pemilik kapal bisa membangun dengan dukungan pemerintah,” kata
Dirjen Hubla.
Dirjen juga berharap
pada pemerintah daerah agar ikut terlibat dalam mendukung layanan angkutan laut
perintis dengan menyiapkan muatan di daerahnya. Jangan hanya meminta layanan
perintis tapi muatannya setiap tahunnya sepi.
“Untuk itu perlunya
dibahas, trayek mana yang nantinya bisa digabung, dikurangkan atau
dikomersialkan,” pinta Dirjen Hubla.
Layanana pelayaran
perintis pada tahun 2017 terdapat 96 trayek dan 481 pelabuhan singgah dengan
anggaran Rp943.992 miliar dan di tahun 2018 mengalami kenaikan menjadi 113
trayek dan 498 pelabuhan singgah dengan total anggaran Rp1.102 triliun, dimana
46 trayek dilayani oleh BUMN PT Pelni melalui Penugasan dan 67 trayek dilayani
oleh perusahaan swasta melalui pelelangan umum.
Sementera itu Plt.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Wisnu Handoko dalam laporannya
mengatakan bahwa Rapat Koordinasi Nasional Pelayaran Perintis tahun ini
merupakan momentum sangat tepat selain untuk meningkatkan koordinasi dengan
unsur-unsur terkait di lapangan juga untuk meningkatkan pemanfaatan armada dan
kualitas pelayanan terhadap masyarakat yang membutuhkan.
“Melalui rakornas
perintis ini diharapkan akan diperoleh masukan dari berbagai pihak
terkait untuk bisa lebih mengoptimalkan pelaksanaan jaringan trayek pelayaran
perintis serta memberikan solusi atas permasalahan dalam pengoperasian kapal
perintis,” kata Wisnu Handoko.
Hadir dalam Rakornis
Angkutan Laut Perintis itu, operator kapal perintis, jajaran unit kepala teknis
(UPT) Ditjen Hubla dan Dinas Perhubungan
yang wilayahnya dilayani angkutan laut perintis. (Abu Bakar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar