Jakarta (wartalogistik.com) – Perusahaan pelayaran dunia sedang mengalihkan bahan bakar kapalnya ke bahan ramah lingkungan, salah satu pelayaran dunia yang sedang menjalankannya adalah A.P. Moller - Maersk A/S. Perusahaan pelayaran dunia itu telah memesan delapan kapal baru, masing-masing seharga $175 juta, dengan tenaga penggeraknya berbahan metanol, menggantikan bahan bakar berbasis minyak. Kapal-kapal tersebut direncanakan mulai beroperasi mulai tahun 2024.
“Kami mengalihkan kepercayaan dari bahan bakar fosil. Banyak pelanggan kami sangat mendukung kebijakan perusahaan menggunakan bahan bakar ramah lingkungan pada kapal, “ kata Morten Bo Christiansen, Wakil Presiden dan Kepala Dekarbonisasi Maersk dalam sebuah wawancara sebagaimana dilansir Al Arabiya News dari Bloomberg, pada Selasa (24/8).
Perusahaan pelayaran yang merupakan tulang punggung perdagangan global, menyumbang hampir 3 persen dari emisi karbon dioksida dari bahan bakar fosil. Tingkat emisi karbon dioksida tersebut telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, menurut data dari Organisasi Maritim Internasional. Pada tahun 2050, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa menginginkan total emisi gas rumah kaca dari perusahaan pelayaran setidaknya berkurang setengahnya dibandingkan dengan tahun 2008. Tahun lalu, aturan IMO yang dirancang untuk mengekang polusi udara dengan membatasi kandungan belerang dari bahan bakar pada segala bentuk sarana yang ada di laut mulai berlaku.
Maersk bukan satu-satunya perusahaan pelayaran dunia yang mulai melakukan transisi bahan bakar. Pemilik kapal tanker minyak Euronav NV telah memesan kapal baru yang suatu hari nanti dapat beroperasi dengan menggunakan amonia atau gas alam cair.
Maersk pada bulan Pebruari lalu menyampaikan pernyatannya, semua kapal baru di masa depan di bawah kepemilikannya akan menggunakan bahan bakar netral karbon. Selain itu juga mengumumkan tahun 2023 akan meluncurkan sebuah kapal kontainer kecil yang digerakan oleh bahan bakar versi metanol yang bersih. Pesanan terbaru ini jauh lebih besar, karena setiap kapal dapat membawa sekitar 16.000 kontainer.
“Ini adalah sinyal kuat bagi produsen bahan bakar bahwa permintaan pasar yang cukup besar untuk bahan bakar hijau di masa depan muncul dengan cepat,” kata Kepala Eksekutif Maersk, Soren Skou.
Pihak perusahaan pelayaran Maersk mengakui bahwa menggunakan metanol netral karbon untuk kapal pada tahap pertama terbilang menantang. Biaya desain tambahan untuk dapat menggunakan metanol dan bahan bakar di laut rendah sulfur yang diturunkan dari minyak konvensional akan berada dalam kisaran 10-15 persen dari total harga kapal. Maersk berencana untuk menggunakan e-methanol netral karbon, atau bio-methanol berkelanjutan, sesegera mungkin di kapal baru.
Pada pelayaran ramah lingkungan tidak murah. Metanol bersih yang setidaknya dua kali lebih mahal dari bahan bakar minyak berbasis fosil. Akankan hal itu akan meningkatkan kenaikan ongkos angkut.
(Abu Bakar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar