OESODO HADIDJOJOSAPUTRO : Meraih Asa Tanpa Putus Asa - WARTA LOGISTIK | CERDAS & INFORMATIF

Post Top Ad

Responsive Ads Here
OESODO HADIDJOJOSAPUTRO :   Meraih Asa Tanpa Putus Asa

OESODO HADIDJOJOSAPUTRO : Meraih Asa Tanpa Putus Asa

Share This





Saat aktip di organisasi


Bersama istri dan kedua anaknya


OESODO HADIDJOJOSAPUTRO, Mantan Kordinator PWI Jakarta Utara .


Jakarta (wartalogistik.com) - Nama Oesodo (sapaan akrabnya) pada tahun 1980-1990 menjadi salah satu nama tokoh yang di kenal di lingkungan wilayah Jakarta Utara sebagai wartawan di Harian Merdeka sekaligus mengorganisasi satu-satunya wadah wartawan saat itu Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Namun beberapa waktu ini, sosok yang dikenal ramah itu lama menghilang, tiba-tiba muncul dengan khabar yang mengejutkan.



Ternyata ada satu peristiwa yang menyebabkan mundur dari keriuhan percaturan di masyarakat. Bayangkan ditelpon tidak diangkat, di es em es (short massage servise) diabaikan. Saat didatangi rumahnya, tak ada sahutan. Sepi.



“Aku selesai operasi bypass jantung.  Alhamdulillah masa krisis pemulihan berjalan lancar. Sekarang bisa bertemu kawan-kawan lagi”. Itulah ungkapan Oesodo Hadidjojosaputro, wartawan senior alumni  Harian Merdeka mengawali pertemuannya dengan M. Tavip Mohune, mantan wartawan Harian Bisnis Indonesia setelah tidak terdengar kabarnya.



Adanya pertemuan itu, karena Mantan Kordinator Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jakarta Utara terakhir di tahun 1990 itu mengajak bersilaturahmi dengan sejumlah teman wartawan juga.  Hadir dalam kesempatan itu Bung Hadi (dikenal peliput budaya), Bung Dhata (peliput Hukum dan Kriminal), keduanya alumni Harian Merdeka dan saya sendiri M. Tavip Mohune (peliput berita perkotaan dan umum) alumni Harian Bisnis Indonesia.



 “Di sini dulu, merupakan area persawahan dan kolam ikan, hanya bisa diakses jalan setapak,” ungkap Oesodo menerangkan  pemahaman lingkungan di sudut restoran di Mall Artha Gading, akhir pekan lalu. 



Ketiganya sudah berumur di atas kepala 70 tahun, saya sendiri  terpaut sepuluh tahun. Kabar tak disangka mengenai kondisi kesehatan, dimana  dilaksanakan operasi bypass jantung, sesuatu hal yang  menakutkan. 



Operasi  pintas  pembuluh darah koroner  atau Coronary Artery Bypass Graftr (CABG) terbilang tindakan beresiko tinggi. Ini merupakan sebuah prosedur bedah untuk mengembalikan aliran darah yang dilakukan dokter ahli bedah  jantung. Meski sekarang  tersedia ahli di Indonesia, namun masih dianggap sebagai tindakan langkah terakhir untuk kesembuhan pasien.



Pada masa era pemerintahan orde baru dan berganti masa reformasi,  kehadiran Oesodo di tengah wartawan peliput wilayah, khususnya di Jakarta Utara dan maritim, sangat dikenal banyak memberikan warna dan kontiribusi jalannya pemerintahan  (good  governance). 



Beliau jurnalis peliput hiruk pikuk kota pantai Jakara, juga  perhubungan laut  terkait pelabuhan Tanjung Priok dan sekitarnya. Setidaknya, di wilayah Jakarta Utara dipimpin walikotanya, H. Dwinanto,  H. Muliadi, H. Suprawito dan H. Subagio.  Pos jabatan yang saat itu  untuk Jakarta Utara  diduduki  mereka  dari ABRI Angkatan Laut.



Oesodo Hadidjojosaputra, yang saya kenal, karena kehandalannya berkomunikasi dengan pihak berkompeten. Bukan cuma memberikan kontribusi bagi media yang diembannya, tetapi juga  mampu memberikan bimbingan junior dalam memperlakukan narasumber,   dilingkungan pejabat pemerintahan, maupun  eksekutif otoritas pelabuhan dan pelaku usaha swasta. Setidaknya, bagi para junior saat itu, bila terjadi hambatan  komunikasi. Tak jarang melalui beliau terjalin jembatan komunikasi yang baik. Setidaknya, untuk mendapatkan berita yang berimbang terpenuhi.



Kepercayaan narasumber itu, ternyata menjadikan bekal yang sangat berharga dikemudian hari bagi pribadi yang tenang ini. Sambil sibuk memberikan hasil reportase harian, pelan-pelan merintis usaha. Siapa sangka, dari sekian banyak masalah yang ditulis melahirkan kesempatan lain. 



Salah satu peristiwa yang membuka kesempatan lain yakni, saat demonstrasi  buruh pabrik dari satu industri kaca PT Asahi Mas Flat Glass dikawasan Ancol



Atas peristiwa demo buruh, Oesodo bukan sebatas menulis berita. Tapi juga karena sebagai wartawan bisa bolak-balik bertemu dengan buruh dan pengelola perusahaan dalam rangka penulisan berita, maka ada cela usaha untuk mendamaikan buruh dengan pengelola pabrik. 



Setelah terjadi proses damai. Saat itu ada keinginan pekerja pabrik tersebut memilih berhenti.  Hal itu tentu saja menjadikan kesulitan bagi pabrik dalam memproduksi.



Kesulitan pihak pengelola pabrik itu, membuat peluang bagi Oesodo, untuk masuk menyediakan pekerja pengganti. 



Singkat cerita peluang itu dimanfaatkan, setelah mendapat persetujuan dari pengelola pabrik. Dengan gercep (pakai istilah sekarang untuk bergerak cepat) , Oesodo Mencari dan memberdayakan pekerja pengganti, bukan satu, atau sepuluh pekerja. Tapi  harus tersedia dalam jumlah yang banyak. Ratusan orang harus diadakan dan siap kerja. Bagi pemilik pabrik, mematikan tungku bakar, merupakan kerugian miliaran rupiah.



Dan upaya itu pun membuahkan hasil, karena selanjutnya Oesodo menjadi pihak pengelola pekerja.



Mengingat masa lalu, setidaknya di tahun 1988-an. Banyak reporter yang kesulitan, buntu mengkomunikasikan berita yang berimbang. Misalnya hubungan buruh dengan pemilik usaha. Larinya, kekantor beliau. Lucunya, “ujuk-ujuk”  saat pulang masing-masing dibagi sangu terbilang banyak dari kantong pribadinya.



Kelucuan itu, sering berulang. Persoalannya,  masalah ditempat lain, juru warta yang tadinya meminta tolong cross check ke pihak kompeten. Malah dari tempatnya mendapat berita lengkap, plus  disangoni. Patut dimaklumi, beliau sudah jadi usahawan terbilang sukses. Ukurannya, potongan eksekutif berdasi dengan bau parfum lelaki dan bermobil BMW.



Dari Silaturahmi  beliau menyodorkan bukunya berjudul;  Meraih Asa Tanpa Putus Asa. Sebuah novel biografi. Dr. Tito Setya Budi ,  yang menyebut beliau Pakdhe adalah penulis fiksi, budayawan dan sastrawan,-- menjadi editornya. Tak cukup mengedit,  justru berkolaborasi,  digarap berdua, selama dua tahun. Lahirlah buku berhalaman 156 lembar ,  dicetak di atas kertas art paper ukuran 13,5 X 20 CM , oleh Penerbit  PT Danti Putra Sabrayat tahun 2023.


( Bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here